Tim Van Damme Inspired by Tim Vand Damme

About me

Foto saya
kelahiran Solok 29 April 1985. Besar di kenagarian Saniang Baka. Berkuliah di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas Padang. "Pinangan Orang Ladang" kumpulan puisi pertamanya yang terbit tahun 2009 (FramePublishing, Jogja). Di blog ini akan ditayangkan puisi-puisi saya yang sudah terbit di beberapa media ataupun yang belum diterbitkan. Selamat membaca, semoga mendapatkan sesuatu di dalamnya!

Network

Blog

Sabtu, 07 Agustus 2010

Puisi Saya di Koran Tempo 22 April 2007

Jalan Puisi
fragmen 2

danau pasang. kutulis sebuah pesan singkat di pondok apung
agar kau nikmat

selain dengung takbir yang menelanjangi kekanakanku
ngilu atas rindu makin menggila
terus mencabik-cabik setiap menungku
berkasihlah kekasih, untuk dengung yang datang

kutatap kedalaman, danau yang sedang bercakap dengan hujan
kupesankan lagi padamu:

ini, segaris tanah usai kujengkal
ujung pentasbihan bait-bait hujan
desember menyadap getah waktu
lalu mengaretkannya di kering musim
tapi mengapa kali ini danau pasang? (serupa laut saja)
sedari tadi riak kutunggu, tak jua tiba-tiba



Jalan Puisi
fragmen 4

liukan terus memebentuk temali hujan.
menyamarkan petuah ke lelembah sepi

diammu berucap
”aku akan jadi kupu-kupu. menciumi setiap warna yang kujumpai”

kepakanmu pada daun menjelmakan ketukan panjang
senada dengan hentakan yang kau tarikan
tiba-tiba kita menjadi sepasang waktu, berlarian menuju selatan

kau tarikan daun dengan kepak kupumu
kau berlarian, sebagai sayap menerbangkan setiap kerinduanku



Jalan Puisi
fragmen 6

—daun
jemariku angin, tak kuusap pipimu yang daun
kumasuki pokok tanpa mengetuk helaimu
ah, kularikan sajalah hijaumu.

—pantai

tepianmu yang pantai kujejaki
seiring laut menipu dengan pasangnya
adakah gelombang memberi tanda?

—jalan puisi

jalan puisi. yang menyebut kedalaman
kekasih yang menjemput puisi. bak urat bakau melembab
dan getah pekat yang menyekat hari



Jalan Puisi

fragmen 12

jika kita tak bercakap sebagai angin
bagaimana daun bisa mengatup-ngatupkan helainya
bagaimana sampai hijau atau biru menelusup ke pori
di tepian aku seumpama hanyut ranting
di kedalaman tergulung-gulung
aku melapuk bersama geletang ikan yang tak tampak
rindu aku bersua tampuk, tempat menukik
menceritakan seberapa banyak helai yang jatuh hari ini.

pemahat pernah menyinggahkan rindunya pada kulit
sekarang lapuk aku dengan air
bersama batu atau pasir yang terus mengesekkan pedihnya
hingga sampai ujung arus
tapi belum tampak tanda menuju hulu
terus basah, lapuk digilir menuju entah

siang atau malam tak kenal aku
kurindui pemahat, kurindui daun atau bakal bunga
yang menjuntai di sepanjang tahun kayu
“oh, pernah suatu senja aku berkasih bersama kupu-kupu,
bertukar cerita, menaut pandang, dan berukar resah hari yang pasi”

2006-2007

0 komentar:

Posting Komentar


JALAN PUISI NO.25 Design by Insight © 2009